Cerita Akhir

   By Didit Radinal 

    Pada Suatu hari ada seorang pria berjalan diatap sebuah gedung, dengan penuh ragu dia terus melangkahkan kaki ke bibir gedung. Dia bertanya kepada dirinya sendiri apakah ini yang terbaik yang dia mesti lakukan, apakah keadaan akan lebih baik setelah ia melakukannya, apakah memang ini akhir dari segalanya, akhir dari semua rasa yang menyakitinya dan menghantuinya secara mendalam. Apakah ini akan membuat semua menjadi lebih mengerti satu sama lain. Dan pertanyaan lainnya muncul dan terus muncul hingga tak terhitung jumlahnya. Lalu keadaan makin menjadi setelah dia mengingat masalah yang ia alami, yang ia rasa , dan yang ia lihat. Membuat dia percaya akan adanya hikmah dari setiap kisah menyakitkan. Mungkin dia harus mengakhiri penderitaannya dan orang disekitarnya atas dirinya, dan biarkan orang lain melanjutkan hidupnya sendiri dan melangkah maju kedepan tanpa dirinya.

    Dipinggir bibir gedung di lantai 20 tersebut dia melihat kebawah, tertegun dan takut ia rasakan. Sekali lagi ia bertanya kepada dirinya sendiri, “apakah yakin kau mau melakukannya?”. Namun karena merasa ini hal terbaik yang patut ia lakukan maka ia mulai mengangkat kakinya lalu melompat. Tiba-tiba memorinya tentang masa lalu melaju dengan cepat, lalu ia berkata.

“Asyhadu an La Ilaha Illa Allah, Wa Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah..

mamah, ayah, teman-teman, sayang... ya tuhan... maaf kan aku.......”

    Lalu yang ia ingat, hanya wajah yang begitu dekat dengan tanah dan tiba-tiba semua gelap. Dan begitu tenang dan sunyi.

    Lalu ia terbangun di ruangan gelap, yang hanya disinari satu cahaya lilin kecil dan ditemani oleh seorang pria dengan tuxedo hitam rapih dan berwajah seram dan gelap. Lalu ia berkata kepada pria tersebut “apakah aku di neraka?..”.  pria tuxedo tersebut menjawab “belum.. belum saat nya.. aku ingin menunjukkan mu sesuatu..” lalu ruangan seketika menjadi terang dan putih, dipenuhi rasa kebingungan ia bertanya kembali “ini apa dan dimana..?”.

    Dalam kebingungan dia melihat dinding di hadapannya menampilkan sebuah video, lalu pria tuxedo itu bercerita “ini adalah kisah setelah kematianmu. Di hari kematianmu orang berteriak keras dan darah dimana-mana, kematianmu masuk berita koran lokal dan sempat menjadi cerita heboh orang sekitar gedung.” Lalu pria tuxedo tersebut menambahkan “ di hari kematianmu ibumu menangis kencang, tidak terima segala hal yang terjadi seakan semua hanya mimpi belaka. Teman-teman mu bersedih dan kecewa, seolah mereka gagal menyelamatkanmu dan mendukungmu disaat kau membutuhkannya. Tetanggamu membicarakanmu, mereka berkata tentang baik buruknya dirimu dan mereka berusaha menenangkan ibumu dikala kondisi ibumu yang tak stabil. Pacarmu menangis, seakan semua hal yang ia lakukan sia-sia dan kecewa terhadap dirinya sendiri. Lalu ibumu, pingsan tak kuat menerima semua ini. Lalu kau dimakamkan.”

    Di tengah termenungnya, ia melihat video lain di sebelah kanan dirinya. Lalu pria tuxedo itu bercerita “40 hari terlewati, teman-teman mu mulai beraktivitas normal dan mereka mulai menerima kenyataan bahwa kau telah tiada. Mereka masih kecewa, namun mereka tidak bisa melakukan apa-apa dan berusaha untuk melupakan kisah menyakitkan tentang dirimu. Pacarmu, dia berusaha menjalani hari-hari walau berat terasa. Seakan ada luka yang tertinggal dan membekas, membuat dia tidak mau dan tidak sanggup mengingat kisah bersamamu. Dia berusaha menyibukkan dirinya sendiri agar dia tak mengingat dirimu, dia hanya menangis dan berdoa setiap saat mengingat dirimu. Keluargamu sudah mulai coba menerima omongan tetangga tentang sanak keluarganya mati bunuh diri, seakaan menjadi aib memilukan bagi keluarga dan sayang nya itu kenyataannya. Ibumu, beliau mulai sering sakit-sakitan seakan mentalnya hancur atas kepergian dirimu dan tak sanggup akan kehilangan dirimu yang baginya sangat berharga.”

    Air mata mengalir di pipinya, lalu di sebelah kiri dirinya muncul video lain. Lalu pria tuxedo itu berkata “Di 100 hari lebih setelah sepeninggalmu, keluargamu mulai melaksanakan apa yang menjadi permintaan terakhir sebelum kamu meninggal, beberapa teman mu menerima hadiah yang menurutmu menjadi kebutuhan mereka dan berharap kau dapat membantu mereka walau sedikit saja. Beberapa dari mereka senang, beberapa yang lain sedih saat menerimanya. Mereka hanya merasa sedih merasa tidak bisa bantu apa-apa sebelum kematianmu sedangkan kamu masih memberi bahkan setelah kau pergi. Pacarmu juga menerima hadiah mu dan langsung menangis kencang saat itu juga, seolah berharap kau yang kembali dan bukan hadiah yang ia terima. Pacarmu merasa tak butuh ini, ia butuh kau kembali. Keluargamu mulai bertanya kepada ibumu dan mengira apakah mereka akan mendapat bagian itu juga. Ibumu masih didalam kepedihannya merasa tersayat hatinya karena masalah harta ini dibahas oleh keluargamu, walau tujuannya menolongmu membayar hutangmu sebagian kecilnya dan menghilangkan bebanmu saat kamu berada di alam selanjutnya. Ibumu masih menangis dan masih terbayang sosokmu, beliau sangat berharap engkau kembali dan berharap ini semua hanya mimpi.

    Tangis nya pun menjadi setelah melihat semuanya, namun terhenti sejenak setelah dia menengok kebelakang dan melihat video selanjutnya. Lalu pria tuxedo ini mengatakan “ini adalah hidup orang-orang disekitarmu 1 tahun lebih setelah kepergianmu. Teman-teman mu mulai melanjutkan hidup tanpa dirimu, mereka senang dan semangat dalam menjalani hidup. Teman-temanmu menjalani hidupnya dengan baik dan mengingat kamu adalah pelajaran yang berharga dalam hidup, berharap itu tak terjadi lagi dalam hidup mereka atau orang disekitar mereka. Keluargamu menjalani hari-hari seperti biasa, dengan lika liku pernikahan mereka masing-masing mereka sudah menerima kepergianmu sebagai bagian dari perjalanan hidup. Pacarmu sudah berangsur membaik, setelah cukup lama tanpa kehadiranmu dia mulai menerima dan menjalani harinya dengan baik. Dan mulai bisa menerima kehadiran pria lain dihidupnya, menjadikan dirimu sebagai perjalanan berharga baginya. Ibumu, hanya ibumu yang kondisinya kian memburuk, dia masih sulit untuk melepasmu. Anak terakhir yang ia cintai, yang ia harapkan menemani dirinya sampai akhir hayatnya, pergi mendahuluinya dengan cara yang tragis. Di setiap sholatnya beliau selalu menangis dan berharap kau di beri tempat terbaik. Keluargamu hanya bisa tertegun menyaksikan ibumu dalam kondisi seperti itu.”

    Lalu semua video itu hilang, hanya ada ruangan putih kosong diantara mereka berdua, lalu pria tuxedo itu berkata “kau masih diberi kesempatan untuk merubah semuanya, sebelum semua terlambat bagi dirimu.  Pilihan ada ditanganmu, namun ku yakin kau sudah tau apa yang terbaik bagi dirimu.” Tiba-tiba muncul pintu dihadapannya, lalu pria tuxedo berkata “Keluarlah. Cepat minta maaf, dan lanjutkan hidup..”. lalu ia pun membuka pintu tersebut dan cahaya terang meneranginya.

    Suatu hari ada seorang pria berjalan di atap sebuah gedung, dengan penuh ragu ia terus melangkahkan kaki ke bibir gedung. Lalu ia tersenyum, membayangkan semua hal terjadi begitu cepat sampai ia lupa bahwa ia perlu bersyukur. Dia lupa bahwa banyak hal yang seharusnya ia syukuri, dan rasanya ia ingin melanjutkan kisah dalam hidupnya. Lalu ia membalikkan badannya, berjalan pelan sambil menangis kecil. Lalu dengan pelan ia membuka pintunya, lalu ia berkata “Ma... aku pulang..”.

 

TAMAT

Komentar

  1. Good story! Aku bacanya sampe merinding uh!
    Ditunggu tulisan lainnya kaka :)

    BalasHapus

Posting Komentar